Bukittinggi merupakan kota tua yang memiliki nilai sejarah
tinggi. Terbukti dengan banyaknya peninggalan kolonial Belanda dan Jepang yang
masih terdapat di sejumlah wilayah. Sejarah Bukittinggi termasuk kota tua sudah
232 tahun. Di sana kota kecil itu termasuk pertahanan orang Belanda, sampai
sekarang masih ada gudang peluru, lalu juga lubang pertahanan Jepang. Selain
itu Bukittinggi adalah kota wisata. Kota yang senantiasa mengamit hati, seperti
yang dikatakan Tifatul Sembiring dalam bab pertama bukunya Sepanjang Jalan
Dakwah (Tifatul Sembiring, 2012).
Sekarang Bukittinggi dipimpin pengusaha HM.
Ramlan Nurmatias, SH Dt.Nan Basa (Ramlan) yang dikenal memimpin Emeral Grup
(modal ekonomi) dan mantan wakil ketua KNPI Sumatera Barat dan KPUD Kota
Bukittinggi (modal organisasi). Wakilnya adalah H. Irwandi, SH Dt.Batujuah
(Irwandi) yang merupakan mantan Sekda Kota Payakumbuh (modal organisasi).
Ramlan-Irwandi memiliki modal organisasi dan modal ekonomi. Ramlan-Irwandi
memperoleh total suara sebanyak 17.770 suara (41,80%). Di Sumatera Barat
sendiri kemenangan pasangan perseorangan sangat langka dan ini merupakan
kemenangan pertama pasangan calon independen di Kota Bukittinggi maupun di
Sumatera Barat.Ramlan pada tahun 2010 beliau juga pernah mencoba menjadi calon
Walikota Bukittinggi berpasangan dengan Azwar Risman Taher, namun usaha
tersebut gagal.
Ramlan meliliki harta kekayaan
Rp.66.082.212.555, melebihi jumlah harta kekayaan dari semua calon yang ada.
Jauh melampaui jumlah harta kekayaan calon incumbent Ismet Amzis sebanyak
Rp.1.417.151.906. Modal ekonomi yang dimiliki pasangan Ramlan-Irwandi sangat
kuat dari pasangan Ismet Amziz-Zulbari Majid tidak serta merta mejadi alasan
pasangan Ramlan menang dalam pemilukada Kota Bukittinggi, hal ini bisa kita
lihat dalam pemilu periode 2010-2015, Pasangan Zulkirwan Riva’i-Baharya
memiliki harta kekayaan yang besar melebihi pasangan calon lain namun pasangan
ini tetap kalah dalam pemilukada tersebut (Yovaldi Riki Putra, 2010). Salah
satu pendapat, mengenai alasan kemenangan Ramlan-Irwandi karena sekarang
terjadi hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap partai dan adanya
ketidaksesuai dengan beberapa partai yang pernah mereka dekati (Romi Saputra,
2017).
Modal organisasi dan modal ekonomi telah
diuraikan di atas. Ramlan-Irwandi juga memiliki modal moral, pasangan ini mencoba
membetuk figur yang dekat dengan masyarakat, dengan cara mendatangi acara-acara
yang diadakan oleh masyarakat ataupun kelompok masyarakat. Pada modal sosial
mereka menyadari bahwa modal sosial adalah modal yang paling penting jadi
mereka mencoba mendekatkan diri dengan berbagai kelompok-kelompok sosial yang
ada di Kota Bukittinggi. Modal simbolik gelar adat yang kedua pasangan calon
miliki menjadi nilai dominasi yang kuat atas kedudukan mereka di Kota
Bukittinggi, dan ada dua sosok perwakilan urang kurai. Modal Budaya pasangan
ini mendapatkan dukungan dari suku masing-masing dan juga mendapatkan dukungan
moril dari niniak mamak pucuak 26 kurai yang menambah legitimasi dukungan
kebudayaan kepada pasangan Ramlan-Irwandi.
Ramlan-Irwandi mampu memanfaatkan modal politik dengan baik
dan dapat memengkan pilkada Kota Bukittinggi tahun 2015. Setiap calon walikota
dan wakil walikota sebaiknya memperhatikan modal politik (yang terdiri dari
modal moral, modal sosial, modal ekonomi, modal simbolik, modal budaya, modal
organisasi) terlebih dahulu karena terbukti penting untuk setiap kandidat yang
ingin berkompetensi dalam persaingan politik.
Setelah mengetahui Ramlan-Irwandi memiliki modal
politik yang tak diragukan lagi. Kita menyaksikan fakta baru, Ngarai Sianok
indah juga jika kita lihat dari Taruko Cafe & Resto. Di dekat Ngarai akan
dibangun Kampung Islam. Tapi tidak tahu kapan realisasinya. Semoga saja cepat
dibangun. Tapi jika kita lihat dari struktur APBD Bukittinggi tahun lalu justru
yang dibangun adalah Gedung DPRD Bukittinggi dan rumah dinas (rumdis) Walikota
Bukittinggi yang megah itu. Gedung baru DPRD Bukittinggi akan dibangun empat
lantai termasuk basement, di atas tanah seluas 10.000 m2. Pembangunan gedung
baru DPRD Bukittinggi di Manggis Gantiang segera direalisasikan. Proyek itu
senilai Rp 69 Milyar.
Sedangkan untuk pembangunan rumdis Walikota
Bukittinggi menggunakan alokasi anggaran APBD Kota Bukittinggi tahun anggaran
2017 senilai Rp 10 Milyar. Pembangunan ini dengan alasan rumdis itu sudah tidak
layak dan memprihatinkan (Dinas PU Bukittinggi, 2017). Bahkan atapnya banyak
yang bocor, saat hujan datang karena dibangun tahun 1980-an. Rumdis ini sempat
ramai, letak masalah pembangunan rumdis ini pada proses anggaran yang mana
disebut salah satu media harianjayapos.com berbau korupsi. Semoga saja tidak,
karena kita tidak ingin pejabat kita terhambat karir politiknya gara-gara
rumdis ini.
Dan melihat kondisi ekonomi daerah Bukittinggi.
Kebutuhan akan rumdis dan gedung DPRD baru tidak mendesak dan bukan jadi
kebutuhan utama saat ini, ada baiknya Walikota Bukittinggi dan DPRD Bukittinggi
mengundurkan dulu kegiatan tersebut. Tetapi pembangunan telah berjalan tahun
ini. Apa boleh buat ini sedang berjalan. Ini sebenarnya mencederai janji
kampanye nomor 4 dalam 10 alasan memilih Ramlan-Irwandi yang mana menyatakan
mereka mendukung anggaran untuk kepentingan rakyat, berbasis kelurahan untuk
mengatasi kemiskinan, peningkatan pendidikan, kesehatan, perdagangan-jasa serta
pariwisata. Serta jika kita lihat dalam 10 alasan memilih Ramlan-Irwandi pada
poin ke 10, yang menyatakan figur pilihan tepat untuk membangun pariwista
Bukittinggi sebagai sektor unggulan untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah
(PAD).
Apalagi visi mereka untuk Kota Bukittinggi
adalah terwujudnya Bukittinggi Kota Tujuan Pariwisata, Pendidikan, Kesehatan,
Perdagangan dan Jasa Berlandaskan Nilai-Nilai Agama dan Budaya. Gebrakan wisata
belum tampak. Kita berbahagia gebrakan dalam bidang lingkungan telah nyata
dengan hadirnya piala adipura. Gebrakan dalam bidang peningkatan kegiatan
perdagangan juga telah diutarakan dengan adanya revitalisasi kawasan aur
kuning. Dengan adanya eskalator, tetapi belum terealisasi.
Aduh, Bukittinggi sebenarnya lebih butuh
penyegaran. Banyak yang menyatakan mulai bosan ke Bukittinggi. Wisatanya itu ke
itu saja. Postur APBD Bukittinggi 2018 belum mendukung itu. Aduh, kepada siapa
rakyat Bukittinggi akan berharap? Untung ada terobosan dari swasta kreatif. Ada
Taruko Cafe & Resto serta Rumah Pohon Abdul (dua cafe ini secara geografis
berada di Kabupaten Agam) lalu disertai ada pembangunan di sekitar jembatan dan
bawah jembatan (ini berada di wilayah perbatasan Bukittinggi dan Agam) menuju
ke Taruko Cafe & Resto/jalan menuju Rumah Pohon Abdul.
Semoga saja gedung parlemen Bukittinggi bisa
menarik wisata. Seperti Gedung New Parliament House atau gedung parlemen baru
yang terletak di Capital Hill dan terletak di atas lahan seluas lebih dari 32
hektar.Gedung MPR- DPR nya Australia ini memang telah menjadi salah satu tujuan
wisata terpenting di Canberra. Banyak yang bilang kita belum ke Canberra kalau
belum mampir ke gedung ini.
Jika kita melihat geliat DPRD Kota Bukittinggi.
Ia mengusulkan adanya pembahasan: ranperda tentang Penamaan Jalan, ranperda
tentang Pemberdayaan UMKM dan ranperda tentang Pembentukan BUMD Pasar, ranperda
tentang Pembentukan Perseroan Daerah BPR Jam Gadang serta Ranperda tentang
RIPPDA (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah) Kota Bukittinggi. Kita harapkan
RIPPDA cepat selesai. Karena dengan adanya RIPPDA, kita yakin Bukittinggi akan
bergerak ke arah Kota Wisata yang tidak membosankan.
Kita menyambut positif hadirnya gebrakan kuliner
yang mendukung wisata. Dengan adanya pembangunan kuliner di bawah jembatan yang
berada di sisi-sisi sungai sangat membahayakan dari segi mitigasi bencana.
Ditakutkan air sungai meluap dan pengunjung yang sedang berada di pondok-pondok
yang berada di sisi sungai akan hanyut. Terkait dengan peran kuliner dalam
mendukung wisata, kita ingat kepada Los Lambuang di Bukittinggi yang keadaannya
dari tahun ke tahun hanya seperti itu. Harus ada hal-hal kreatif agar semakin
membuat orang semakin banyak berdatangan ke Los Lambuang di Bukittinggi. Sempat
ada aksi revitalisasi di Pasar Lereng oleh Ismet Amzis. Tapi tidak terlalu
menyentuh Los Lambuang. Apalagi menyentuh pusat kuliner bubur, kue pancuang di
dekat Los Beras yang jauh dari Pasar Lereng.
Terima kasih kepada Bapak Ismet Amzis Walikota
Bukittinggi dan jajaran kabinetnya yang lalu yang hadirkan pusat wisata baru
seperti Tembok Cina khas Bukittinggi (kehadirannya juga dipelopori Pemda Agam
dan Tifatul Sembiring serta kerja sama dengan swasta seperti XL) dan
sukses hadirkan Taman Ngarai Maaram. Walikota Bukittinggi yang terpilih
dari jalur independen Bukittinggi baru fokus pada berbagai penghargaan dalam
bidang lingkungan, zakat, dll. Kami berharap angin segar hadirnya Kampung Islam
khas Minang yang sempat dihembuskan Walikota Bukittinggi Ramlan ini benar
terjadi.
Sinergi yang baik antara: PKL, swasta, pemda
Bukittinggi-Agam akan lahirkan wisata-wisata baru bagi Bukittinggi dan Agam
(Mengenai sinergitas Bukittinggi-Agam ini sangat patut kita soroti. Karena
baru-baru ini pembangunan Gerbang Selamat Datang Kota Bukittinggi tersendatnya,
Walikota Bukittinggi menyatakan bukannya dari segi bantuan dana tersedatnya.
Karena BNI 46 telah mempersiapkan bantuan dana tersebut sebesar Rp2,2 milyar.
Persoalannya adalah kesulitan kita dengan Kabupaten Agam. Komunikasi yang baik
antara Bukittinggi-Agam sebenarnya akan hasilkan komunikasi yang saling
menguntungkan selain juga akan mendukung PAD yang tinggi dan baru bagi
Bukittinggi dan Agam). Jangan dilupakan peran dari ekstrakulikuler SD, SMP dan
SMA serta Kampus yang ada di Bukittinggi. Pemuda-pemudi Bukittinggi juga bisa
berperan untuk wisata Kota Bukittinggi. Tak akan bisa pemerintah kota
Bukittinggi berperan sendiri, selain batuan dari Pemkab Agam bantuan dari
masyarakat serta pemuda-pemudi harus diorganisasikan. Seperti dengan adanya festival
lomba tari khas minang yang bisa hadirkan pengunjung domestik ataupun luar
negeri. Apalagi randai sudah sangat terkenal.
Kehadiran cafe dan pusat kuliner-kuliner baru di
Bukittinggi perlu ditata. Agar tidak menjadi bom waktu bagi kota dan menyusahkan
dalam hal penertibannya. Dalam penataan PKL, Bukittinggi perlu belajar pada
penghargaan Kota Padang kepada PKL di sekitar Pantai Padang yang dimanusiakan
dengan membangunkan tempat yang lebih layak lingkungan. Pantai Padang sekarang
lebih indah. Karena jika penataan PKL dilakukan tanpa solusi akan menambah
kemiskinan serta melanggar janji kampanye yang tercantum dalam 10 alasan
memilih Ramlan-Irwan pada poin delapan, yaitu: Berjiwa wirausaha, moderat
dan penuh perhatian ke pengusaha ekonomi lemah. Serta misi keempat, yaitu
mengambangkan sistem ekonomi perkotaan secara lebih berdaya guna. Dengan tidak
adanya solusi setelah adanya penertiban PKL perwujudan misi keempat akan
mengalami kendala. Terutama dalam keberpihakan Bukittinggi kepada PKL yang
termasuk pengusaha ekonomi lemah yang butuh solusi untuk menjadi pengusaha
ekonomi kuat.
Perlunya Bukittinggi memiliki suasana Kota Anak
Muda, Kota yang sebenar-benarnya Kota Wisata, Kota yang penuh musik dan budaya
khas Minang atau pun musik masa kini yang sesuai dengan norma adat dan agama.
Acara musik di setiap akhir pekan dan pengajian akbar disetiap bulan dengan
diisi ustad-ustad muda dari IAIN Bukittinggi sampai ke Universitas Mohammad
Natsir. Ini akan berdampak baik bagi pemberantasan narkoba di Bukittinggi. Semakin
banyak kegiatan positif di Bukittinggi. Apalagi Bukittinggi di tahun 2017 juga
mendapatkan penghargaan Kota Layak Anak. Tetapi ironisnya masih ada saja
ditemukan pelajar yang menghisap lem. Dengan adanya kegiatan positif akan
semakin mendukung Bukittinggi menjadi Kota Layak Anak.
Apakah tak terpikir oleh Bukittinggi untuk
merangkul anak-anak muda yang menyukai stand up comedy untuk unjuk aksi
disetiap malamnya atau pun akhir pekan untuk menghibur kota yang mulai dikecam
karna dicap sebagian orang menjadi kota yang membosankan. Kepintaran
Bukittinggi memanfaatkan potensi anak muda. Akan menghidupkan gairah agama dan
adat Kota Bukittinggi. Bukankah Bung Karno sangat percaya diri sekali akan
mengguncang dunia dengan sepuluh orang pemuda. Selain aksi stand up comedy,
aksi musik tradisional, kegiatan sepak bola (Persatuan Sepakbolak Kota
Bukittinggi harus menjadi wadah anak-anak Bukittinggi untuk menyalurkan bakat
sepak bola. Agar Bukittinggi memiliki klub sepakbola yang membanggakan. Sudah
bertahun berlalu Bukittinggi belum juga miliki klub sepakbola sekelas PSP
Padang. Sebenarnya segala hal yang berkaitan dengan olah raga juga akan bisa
berkontribusi memajukan wisata), kegiatan silat, lomba lagu minang (Jika
konsisten akan melahirkan penyanyi-penyanyi Minang baru dari Bukittinggi, lomba
pantun, lomba mural akan mengendalikan tingkat vandalisme di Bukittinggi yang
mulai banyak dilakukan anak-anak muda, dan juga lomba serta festival lainnya.
Terima kasih kepada Kepala Dinas Pariwisata Bukittinggi yang lalu, Melfi Abra
yang sudah adakan acara Jam Gadang Art Performance dan Minangkabau Art
Peformance yang banyak menampilkan adat dan budaya minang disetiap hari dan
akhir pekan. Berarti yang belum mendapat tempat mungkin stand up comedy. Karena
silat, sudah termasuk dalam kalender pariwisata Kota Bukittinggi 2017.
Adapun selain lomba, Bukittinggi bisa
menisbatkan setiap minggu ada kawasan yang diisi oleh seni dan budaya. Ada
kawasan yang setiap bulan diisi oleh tabligh akbar. Ini juga menjadi aspek
penghalau kebosanan di Bukittinggi. Untuk sementara mari wujudkan kawasan yang
setiap minggunya ada acara seni dan budaya. Seperti: acara musik tradisional,
tari tradisional, tari modern, musik modern dan lain-lain. Bukittinggi bisa
bekerja sama dengan swasta seperti hotel yang tak jarang menghadirkan
artis-artis nasional.
Bukittinggi memiliki potensi menjadi kota yang
hidup. Hidup agamanya, hidup adatnya yang terlihat dari kegiatan-kegiatan akbar
setiap pekan dan bulannya atau setiap momen penting bersejarah bagi
Bukittinggi. Ini akan menarik wisata. Ustad-ustad muda dari IAIN
Bukittinggi dan pemuda-pemudi dari SD, SMP, SMA Bukittinggi yang memiliki
ekstrakulikuler seni dan budaya dapat berperan mengisi acara di setiap bulan
ataupun pekan. Bukittinggi perlu dihidupkan sebagai Kota Wisata yang didukung
festival seni dan budaya. Apa jadinya Kota Wisata tanpa adanya pengelolaan seni
dan budaya? Kota itu lama kelamaan akan menjadi kota yang hambar dan
membosankan.
Kita harus segera bertanya, apa gebrakan kepala
dinas baru bidang pariwisata Bukittinggi? Apa wujud nyata Ramlan Nurmatias
memajukan wisata Bukittinggi? Ada atau Tidak? Karna jabatan mereka sudah
memasuki tahun kedua. Mari kita lihat dan bekerja sama, semoga saja ada,
sehingga Bukittinggi terhindar dari rasa membosankan. Semoga ada gebrakan baru
pada kalender wisata Bukittinggi 2018. Jangan harapan kita hanya pada acara Jam
Gadang Art Performance dan Minangkabau Art Peformance yang hadir setiap minggu
dan setiap harinya.