Kamis, 31 Agustus 2017

Kerjasama Mengatasi Kebosanan Kota Bukittinggi

Bukittinggi merupakan kota tua yang memiliki nilai sejarah tinggi. Terbukti dengan banyaknya peninggalan kolonial Belanda dan Jepang yang masih terdapat di sejumlah wilayah. Sejarah Bukittinggi termasuk kota tua sudah 232 tahun. Di sana kota kecil itu termasuk pertahanan orang Belanda, sampai sekarang masih ada gudang peluru, lalu juga lubang pertahanan Jepang. Selain itu Bukittinggi adalah kota wisata. Kota yang senantiasa mengamit hati, seperti yang dikatakan Tifatul Sembiring dalam bab pertama bukunya Sepanjang Jalan Dakwah (Tifatul Sembiring, 2012).

Sekarang Bukittinggi dipimpin pengusaha HM. Ramlan Nurmatias, SH Dt.Nan Basa (Ramlan) yang dikenal memimpin Emeral Grup (modal ekonomi) dan mantan wakil ketua KNPI Sumatera Barat dan KPUD Kota Bukittinggi (modal organisasi). Wakilnya adalah H. Irwandi, SH Dt.Batujuah (Irwandi) yang merupakan mantan Sekda Kota Payakumbuh (modal organisasi). Ramlan-Irwandi memiliki modal organisasi dan modal ekonomi. Ramlan-Irwandi memperoleh total suara sebanyak 17.770 suara (41,80%). Di Sumatera Barat sendiri kemenangan pasangan perseorangan sangat langka dan ini merupakan kemenangan pertama pasangan calon independen di Kota Bukittinggi maupun di Sumatera Barat.Ramlan pada tahun 2010 beliau juga pernah mencoba menjadi calon Walikota Bukittinggi berpasangan dengan Azwar Risman Taher, namun usaha tersebut gagal.

Ramlan meliliki harta kekayaan Rp.66.082.212.555, melebihi jumlah harta kekayaan dari semua calon yang ada. Jauh melampaui jumlah harta kekayaan calon incumbent Ismet Amzis sebanyak Rp.1.417.151.906. Modal ekonomi yang dimiliki pasangan Ramlan-Irwandi sangat kuat dari pasangan Ismet Amziz-Zulbari Majid tidak serta merta mejadi alasan pasangan Ramlan menang dalam pemilukada Kota Bukittinggi, hal ini bisa kita lihat dalam pemilu periode 2010-2015, Pasangan Zulkirwan Riva’i-Baharya memiliki harta kekayaan yang besar melebihi pasangan calon lain namun pasangan ini tetap kalah dalam pemilukada tersebut (Yovaldi Riki Putra, 2010). Salah satu pendapat, mengenai alasan kemenangan Ramlan-Irwandi karena sekarang terjadi hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap partai dan adanya ketidaksesuai dengan beberapa partai yang pernah mereka dekati (Romi Saputra, 2017).

Modal organisasi dan modal ekonomi telah diuraikan di atas. Ramlan-Irwandi juga memiliki modal moral, pasangan ini mencoba membetuk figur yang dekat dengan masyarakat, dengan cara mendatangi acara-acara yang diadakan oleh masyarakat ataupun kelompok masyarakat. Pada modal sosial mereka menyadari bahwa modal sosial adalah modal yang paling penting jadi mereka mencoba mendekatkan diri dengan berbagai kelompok-kelompok sosial yang ada di Kota Bukittinggi. Modal simbolik gelar adat yang kedua pasangan calon miliki menjadi nilai dominasi yang kuat atas kedudukan mereka di Kota Bukittinggi, dan ada dua sosok perwakilan urang kurai. Modal Budaya pasangan ini mendapatkan dukungan dari suku masing-masing dan juga mendapatkan dukungan moril dari niniak mamak pucuak 26 kurai yang menambah legitimasi dukungan kebudayaan kepada pasangan Ramlan-Irwandi.

Ramlan-Irwandi mampu memanfaatkan modal politik dengan baik dan dapat memengkan pilkada Kota Bukittinggi tahun 2015. Setiap calon walikota dan wakil walikota sebaiknya memperhatikan modal politik (yang terdiri dari modal moral, modal sosial, modal ekonomi, modal simbolik, modal budaya, modal organisasi) terlebih dahulu karena terbukti penting untuk setiap kandidat yang ingin berkompetensi dalam persaingan politik.

Setelah mengetahui Ramlan-Irwandi memiliki modal politik yang tak diragukan lagi. Kita menyaksikan fakta baru, Ngarai Sianok indah juga jika kita lihat dari Taruko Cafe & Resto. Di dekat Ngarai akan dibangun Kampung Islam. Tapi tidak tahu kapan realisasinya. Semoga saja cepat dibangun. Tapi jika kita lihat dari struktur APBD Bukittinggi tahun lalu justru yang dibangun adalah Gedung DPRD Bukittinggi dan rumah dinas (rumdis) Walikota Bukittinggi yang megah itu. Gedung baru DPRD Bukittinggi akan dibangun empat lantai termasuk basement, di atas tanah seluas 10.000 m2. Pembangunan gedung baru DPRD Bukittinggi di Manggis Gantiang segera direalisasikan. Proyek itu senilai Rp 69 Milyar.

Sedangkan untuk pembangunan rumdis Walikota Bukittinggi menggunakan alokasi anggaran APBD Kota Bukittinggi tahun anggaran 2017 senilai Rp 10 Milyar. Pembangunan ini dengan alasan rumdis itu sudah tidak layak dan memprihatinkan (Dinas PU Bukittinggi, 2017). Bahkan atapnya banyak yang bocor, saat hujan datang karena dibangun tahun 1980-an. Rumdis ini sempat ramai, letak masalah pembangunan rumdis ini pada proses anggaran yang mana disebut salah satu media harianjayapos.com berbau korupsi. Semoga saja tidak, karena kita tidak ingin pejabat kita terhambat karir politiknya gara-gara rumdis ini.

Dan melihat kondisi ekonomi daerah Bukittinggi. Kebutuhan akan rumdis dan gedung DPRD baru tidak mendesak dan bukan jadi kebutuhan utama saat ini, ada baiknya Walikota Bukittinggi dan DPRD Bukittinggi mengundurkan dulu kegiatan tersebut. Tetapi pembangunan telah berjalan tahun ini. Apa boleh buat ini sedang berjalan. Ini sebenarnya mencederai janji kampanye nomor 4 dalam 10 alasan memilih Ramlan-Irwandi yang mana menyatakan mereka mendukung anggaran untuk kepentingan rakyat, berbasis kelurahan untuk mengatasi kemiskinan, peningkatan pendidikan, kesehatan, perdagangan-jasa serta pariwisata. Serta jika kita lihat dalam 10 alasan memilih Ramlan-Irwandi pada poin ke 10, yang menyatakan figur pilihan tepat untuk membangun pariwista Bukittinggi sebagai sektor unggulan untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Apalagi visi mereka untuk Kota Bukittinggi adalah terwujudnya Bukittinggi Kota Tujuan Pariwisata, Pendidikan, Kesehatan, Perdagangan dan Jasa Berlandaskan Nilai-Nilai Agama dan Budaya. Gebrakan wisata belum tampak. Kita berbahagia gebrakan dalam bidang lingkungan telah nyata dengan hadirnya piala adipura. Gebrakan dalam bidang peningkatan kegiatan perdagangan juga telah diutarakan dengan adanya revitalisasi kawasan aur kuning. Dengan adanya eskalator, tetapi belum terealisasi.

Aduh, Bukittinggi sebenarnya lebih butuh penyegaran. Banyak yang menyatakan mulai bosan ke Bukittinggi. Wisatanya itu ke itu saja. Postur APBD Bukittinggi 2018 belum mendukung itu. Aduh, kepada siapa rakyat Bukittinggi akan berharap? Untung ada terobosan dari swasta kreatif. Ada Taruko Cafe & Resto serta Rumah Pohon Abdul (dua cafe ini secara geografis berada di Kabupaten Agam) lalu disertai ada pembangunan di sekitar jembatan dan bawah jembatan (ini berada di wilayah perbatasan Bukittinggi dan Agam) menuju ke Taruko Cafe & Resto/jalan menuju Rumah Pohon Abdul.

Semoga saja gedung parlemen Bukittinggi bisa menarik wisata. Seperti Gedung New Parliament House atau gedung parlemen baru yang terletak di Capital Hill dan terletak di atas lahan seluas lebih dari 32 hektar.Gedung MPR- DPR nya Australia ini memang telah menjadi salah satu tujuan wisata terpenting di Canberra. Banyak yang bilang kita belum ke Canberra kalau belum mampir ke gedung ini.

Jika kita melihat geliat DPRD Kota Bukittinggi. Ia mengusulkan adanya pembahasan: ranperda tentang Penamaan Jalan, ranperda tentang Pemberdayaan UMKM dan ranperda tentang Pembentukan BUMD Pasar, ranperda tentang Pembentukan Perseroan Daerah BPR Jam Gadang serta Ranperda tentang RIPPDA (Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah) Kota Bukittinggi. Kita harapkan RIPPDA cepat selesai. Karena dengan adanya RIPPDA, kita yakin Bukittinggi akan bergerak ke arah Kota Wisata yang tidak membosankan.

Kita menyambut positif hadirnya gebrakan kuliner yang mendukung wisata. Dengan adanya pembangunan kuliner di bawah jembatan yang berada di sisi-sisi sungai sangat membahayakan dari segi mitigasi bencana. Ditakutkan air sungai meluap dan pengunjung yang sedang berada di pondok-pondok yang berada di sisi sungai akan hanyut. Terkait dengan peran kuliner dalam mendukung wisata, kita ingat kepada Los Lambuang di Bukittinggi yang keadaannya dari tahun ke tahun hanya seperti itu. Harus ada hal-hal kreatif agar semakin membuat orang semakin banyak berdatangan ke Los Lambuang di Bukittinggi. Sempat ada aksi revitalisasi di Pasar Lereng oleh Ismet Amzis. Tapi tidak terlalu menyentuh Los Lambuang. Apalagi menyentuh pusat kuliner bubur, kue pancuang di dekat Los Beras yang jauh dari Pasar Lereng.

Terima kasih kepada Bapak Ismet Amzis Walikota Bukittinggi dan jajaran kabinetnya yang lalu yang hadirkan pusat wisata baru seperti Tembok Cina khas Bukittinggi (kehadirannya juga dipelopori Pemda Agam dan Tifatul Sembiring serta kerja sama dengan swasta seperti XL) dan  sukses hadirkan Taman Ngarai Maaram. Walikota Bukittinggi yang terpilih dari jalur independen Bukittinggi baru fokus pada berbagai penghargaan dalam bidang lingkungan, zakat, dll. Kami berharap angin segar hadirnya Kampung Islam khas Minang yang sempat dihembuskan Walikota Bukittinggi Ramlan ini benar terjadi.

Sinergi yang baik antara: PKL, swasta, pemda Bukittinggi-Agam akan lahirkan wisata-wisata baru bagi Bukittinggi dan Agam (Mengenai sinergitas Bukittinggi-Agam ini sangat patut kita soroti. Karena baru-baru ini pembangunan Gerbang Selamat Datang Kota Bukittinggi tersendatnya, Walikota Bukittinggi menyatakan bukannya dari segi bantuan dana tersedatnya. Karena BNI 46 telah mempersiapkan bantuan dana tersebut sebesar Rp2,2 milyar. Persoalannya adalah kesulitan kita dengan Kabupaten Agam. Komunikasi yang baik antara Bukittinggi-Agam sebenarnya akan hasilkan komunikasi yang saling menguntungkan selain juga akan mendukung PAD yang tinggi dan baru bagi Bukittinggi dan Agam). Jangan dilupakan peran dari ekstrakulikuler SD, SMP dan SMA serta Kampus yang ada di Bukittinggi. Pemuda-pemudi Bukittinggi juga bisa berperan untuk wisata Kota Bukittinggi. Tak akan bisa pemerintah kota Bukittinggi berperan sendiri, selain batuan dari Pemkab Agam bantuan dari masyarakat serta pemuda-pemudi harus diorganisasikan. Seperti dengan adanya festival lomba tari khas minang yang bisa hadirkan pengunjung domestik ataupun luar negeri. Apalagi randai sudah sangat terkenal.

Kehadiran cafe dan pusat kuliner-kuliner baru di Bukittinggi perlu ditata. Agar tidak menjadi bom waktu bagi kota dan menyusahkan dalam hal penertibannya. Dalam penataan PKL, Bukittinggi perlu belajar pada penghargaan Kota Padang kepada PKL di sekitar Pantai Padang yang dimanusiakan dengan membangunkan tempat yang lebih layak lingkungan. Pantai Padang sekarang lebih indah. Karena jika penataan PKL dilakukan tanpa solusi akan menambah kemiskinan serta melanggar janji kampanye yang tercantum dalam 10 alasan memilih Ramlan-Irwan pada poin delapan, yaitu: Berjiwa wirausaha, moderat dan penuh perhatian ke pengusaha ekonomi lemah. Serta misi keempat, yaitu mengambangkan sistem ekonomi perkotaan secara lebih berdaya guna. Dengan tidak adanya solusi setelah adanya penertiban PKL perwujudan misi keempat akan mengalami kendala. Terutama dalam keberpihakan Bukittinggi kepada PKL yang termasuk pengusaha ekonomi lemah yang butuh solusi untuk menjadi pengusaha ekonomi kuat.

Perlunya Bukittinggi memiliki suasana Kota Anak Muda, Kota yang sebenar-benarnya Kota Wisata, Kota yang penuh musik dan budaya khas Minang atau pun musik masa kini yang sesuai dengan norma adat dan agama. Acara musik di setiap akhir pekan dan pengajian akbar disetiap bulan dengan diisi ustad-ustad muda dari IAIN Bukittinggi sampai ke Universitas Mohammad Natsir. Ini akan berdampak baik bagi pemberantasan narkoba di Bukittinggi. Semakin banyak kegiatan positif di Bukittinggi. Apalagi Bukittinggi di tahun 2017 juga mendapatkan penghargaan Kota Layak Anak. Tetapi ironisnya masih ada saja ditemukan pelajar yang menghisap lem. Dengan adanya kegiatan positif akan semakin mendukung Bukittinggi menjadi Kota Layak Anak.

Apakah tak terpikir oleh Bukittinggi untuk merangkul anak-anak muda yang menyukai stand up comedy untuk unjuk aksi disetiap malamnya atau pun akhir pekan untuk menghibur kota yang mulai dikecam karna dicap sebagian orang menjadi kota yang membosankan. Kepintaran Bukittinggi memanfaatkan potensi anak muda. Akan menghidupkan gairah agama dan adat Kota Bukittinggi. Bukankah Bung Karno sangat percaya diri sekali akan mengguncang dunia dengan sepuluh orang pemuda. Selain aksi stand up comedy, aksi musik tradisional, kegiatan sepak bola (Persatuan Sepakbolak Kota Bukittinggi harus menjadi wadah anak-anak Bukittinggi untuk menyalurkan bakat sepak bola. Agar Bukittinggi memiliki klub sepakbola yang membanggakan. Sudah bertahun berlalu Bukittinggi belum juga miliki klub sepakbola sekelas PSP Padang. Sebenarnya segala hal yang berkaitan dengan olah raga juga akan bisa berkontribusi memajukan wisata), kegiatan silat, lomba lagu minang (Jika konsisten akan melahirkan penyanyi-penyanyi Minang baru dari Bukittinggi, lomba pantun, lomba mural akan mengendalikan tingkat vandalisme di Bukittinggi yang mulai banyak dilakukan anak-anak muda, dan juga lomba serta festival lainnya. Terima kasih kepada Kepala Dinas Pariwisata Bukittinggi yang lalu, Melfi Abra yang sudah adakan acara Jam Gadang Art Performance dan Minangkabau Art Peformance yang banyak menampilkan adat dan budaya minang disetiap hari dan akhir pekan. Berarti yang belum mendapat tempat mungkin stand up comedy. Karena silat, sudah termasuk dalam kalender pariwisata Kota Bukittinggi 2017.

Adapun selain lomba, Bukittinggi bisa menisbatkan setiap minggu ada kawasan yang diisi oleh seni dan budaya. Ada kawasan yang setiap bulan diisi oleh tabligh akbar. Ini juga menjadi aspek penghalau kebosanan di Bukittinggi. Untuk sementara mari wujudkan kawasan yang setiap minggunya ada acara seni dan budaya. Seperti: acara musik tradisional, tari tradisional, tari modern, musik modern dan lain-lain. Bukittinggi bisa bekerja sama dengan swasta seperti hotel yang tak jarang menghadirkan artis-artis nasional.

Bukittinggi memiliki potensi menjadi kota yang hidup. Hidup agamanya, hidup adatnya yang terlihat dari kegiatan-kegiatan akbar setiap pekan dan bulannya atau setiap momen penting bersejarah bagi Bukittinggi. Ini akan menarik wisata.  Ustad-ustad muda dari IAIN Bukittinggi dan pemuda-pemudi dari SD, SMP, SMA Bukittinggi yang memiliki ekstrakulikuler seni dan budaya dapat berperan mengisi acara di setiap bulan ataupun pekan. Bukittinggi perlu dihidupkan sebagai Kota Wisata yang didukung festival seni dan budaya. Apa jadinya Kota Wisata tanpa adanya pengelolaan seni dan budaya? Kota itu lama kelamaan akan menjadi kota yang hambar dan membosankan.

Kita harus segera bertanya, apa gebrakan kepala dinas baru bidang pariwisata Bukittinggi? Apa wujud nyata Ramlan Nurmatias memajukan wisata Bukittinggi? Ada atau Tidak? Karna jabatan mereka sudah memasuki tahun kedua. Mari kita lihat dan bekerja sama, semoga saja ada, sehingga Bukittinggi terhindar dari rasa membosankan. Semoga ada gebrakan baru pada kalender wisata Bukittinggi 2018. Jangan harapan kita hanya pada acara Jam Gadang Art Performance dan Minangkabau Art Peformance yang hadir setiap minggu dan setiap harinya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar